Upah dan Pelayanan “Bukan Kewajiban Melainkan Hak”

Renungan Harian TRUTH
Kalimat Rasul Paulus dalam 1Kor. 9:18 memuat hukum kehidupan dan hukum pelayanan yang pada dasarnya hendak mengemukakan bahwa menjadi seorang anak Tuhan yang benar haruslah berani menganggap kewajiban sebagai hak, atau mengubah sikap terhadap kewajiban menjadi sikap terhadap hak. Dalam hal ini memberitakan Injil yang adalah kewajiban, bagi Paulus disikapi sebagai hak. Paulus tidak mengubah kewajiban yang harus dia penuhi, tetapi sikapnya terhadap kewajiban tersebut diubahnya. Pada umumnya orang menganggap kewajiban sebagai beban, sehingga disikapi dengan hati yang berat, tetapi Paulus menjadikannya kesukaan. Kalau sudah demikian, upah tidak menjadi motif dorongan melakukan suatu kewajiban.

Kalau anak-anak Tuhan menuntut haknya sebagai anak terhadap Tuhan sebagai Bapa, ini sama seperti seorang anak menuntut orang tua untuk memenuhi kewajibannya terhadap anak. Ini karena kewajiban orang tua tersebut merupakan hak anak. Orang tua wajib memberi makan, pendidikan dan segala kebutuhan yang menjadi hak anaknya; karena itu ada anak yang menuntutnya. Namun sebenarnya tidak perlu dituntut pun orang tua yang baik akan memenuhi kewajibannya. Biasanya masalahnya terletak kepada anak-anaknya. Kewajiban anak adalah belajar di sekolah, kuliah dan membantu orang tua. Paulus seperti seorang anak yang melakukan kewajiban tanpa menuntut haknya. Dari pernyataan Paulus tersebut tampak jelas bahwa melakukan tugas atau kewajiban adalah kebutuhan yang menyenangkan, bukanlah suatu beban yang menyakitkan. Ia percaya bahwa Bapa di Surga bisa dipercayai memenuhi bagian-Nya. Pengakuannya: “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” (2Tim. 1:12)

Memberitakan Injil adalah kewajiban yang harus dipenuhi. Kalau kewajiban dipenuhi maka pelakunya berhak menerima upah. Dalam kasus ini Paulus mau dan bersedia dengan rela mengerjakan kewajiban atau tugas memberitakan injil, tetapi ia tidak mempersoalkan atau menuntut upah. Paulus tidak mempersoalkan hak upah yang bisa diperolehnya, walaupun ia berhak meraihnya. Bagi Paulus, memberitakan Injil lebih berarti dari upah apa pun yang ia dapat peroleh dari jemaat Tuhan yang ia layani. Ia menganggap bahwa memberitakan injil tanpa upah adalah hak istimewa.

Kekayaan bumi yang dipercayakan Tuhan kepada manusia memuat tanggung jawab
yang harus dipikul manusia dalam pengelolaannya