Bukan Jalan yang Mudah “Jalan yang Lebar dan Jalan yang Sempit”

Renungan Harian TRUTH
Orang-orang Kristen yang menganggap kekristenan sebagai jalan yang mudah sering tidak sungguh-sungguh belajar kebenaran Tuhan. Mereka tidak punya kerinduan bertumbuh untuk mencapai tingkat rohani atau kesempurnaan yang lebih tinggi. Ini dapat menimbulkan kepuasan rohani yang membuat mereka bersikap sombong atau angkuh; merasa bahwa mereka tidak perlu membenahi dirinya lagi. Inilah kebutaan rohani, seperti yang dialami jemaat Laodikia (Why. 3:17). Seseorang yang sudah merasa puas atas hidup kerohaniannya, akan menjadi haus terhadap hal-hal duniawi. Tetapi kalau seseorang haus dan lapar akan kebenaran, ia merasa puas atas hal-hal duniawi, dan tidak memburu harta dunia.

Dalam Mat. 7:13–14, Tuhan Yesus mengajarkan mengenai jalan yang lebar dan jalan yang sempit. Jalan yang lebar adalah jalan yang membawa manusia menuju kebinasaan. Orang-orang yang masuk ke sana ialah mereka yang mau menikmati kenyamanan dunia. Mereka inilah kelompok orang yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai orang-orang yang “mau menyelamatkan nyawanya, tetapi akan kehilangan nyawanya” (Mat. 10:39, 16:25; Mrk. 8:35; Luk. 9:24, 17:33; Yoh. 12:25).

Jalan menuju kehidupan adalah jalan yang sempit, sesak, dan sedikit orang yang masuk melaluinya. Ini jalan yang tidak disukai orang; jalan yang tampaknya penuh risiko. Tetapi inilah jalan kebenaran dalam Tuhan Yesus Kristus, yaitu jalan yang sukar tersebut. Penting sekali untuk kita ingat bahwa mengiring Tuhan berarti berjalan dalam pergumulan yang tidak pernah usai: memikul salib, yaitu hidup dalam penyangkalan diri dan melayani Tuhan.

Dalam Luk. 14:28–33 dipaparkan perumpamaan mengenai orang yang mau membangun sebuah menara dan raja yang mau maju berperang. Sekali lagi kedua perumpamaan ini menegaskan bahwa mengiring Tuhan bukan hal yang murah dan gampang, melainkan sebaliknya, mahal harganya dan sulit. Untuk menekankan betapa tidak mudahnya mengikut Yesus, Tuhan menegaskan agar kita menghitung dulu anggarannya. Maksudnya adalah agar kita mempertimbangkan dengan serius keputusan untuk menjadi anak-anak Tuhan. Kekristenan atau Injil harus diajarkan secara benar dan lengkap. Kita dipanggil bukan saja untuk menjadi “orang beragama Kristen” yang menikmati keselamatan jiwa saja—jaminan masuk Surga bila mati nanti—tetapi dipanggil untuk mengikut Yesus sebagai murid, yaitu mengikuti jejak-Nya. Menerima Yesus sebagai Juruselamat, gratis mendapat keselamatan; tetapi mengikut Yesus, harus membayar harga pengiringan.

Keputusan kita untuk menjadi pengikut Yesus berarti kita memilih jalan yang sempit, dan siap membayar harganya.