Cara Hidup Yang Sia-Sia



Baca:  1 petrus 1:13-25

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  1 Petrus 1:18-19


        Sebagai orang percaya kita adalah umat pilihan Tuhan.  Keberadaan kita di tengah dunia ini berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan.  Dikatakan,  "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,"  (Yesaya 43:4).  Karena itulah Allah mengutus dan mengorbankan PuteraNya Yesus Kristus supaya kita memiliki masa depan dan harapan, di mana kita sebelumnya berada di bawah cengkeraman dosa dan terancam untuk mengalami kematian kekal,  "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).

     Dosa membuat kehidupan kita berada dalam kesia-siaan.  Tapi kini semua telah berubah;  kita yang sebelumnya memiliki cara hidup yang sia-sia telah ditebus Tuhan bukan dengan perak atau emas, melainkan dengan darahNya yang mahal, yang tak bernoda dan tak bercacat, sehingga hidup kita menjadi berarti dan bermakna.  Cara hidup atas perbuatan sia-sia itu yang bagaimana?  Yang hanya mementingan diri sendiri!  Dalam Filipi 2:2-4 tertulis:  "...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  Banyak orang Kristen yang hidupnya hanya untuk diri sendiri, egois, tidak peduli orang lain.  Ini tabiat 'manusia lama' yang harus ditanggalkan, sebab di dalam Kristus kita ini adalah  "...ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Yang Tuhan kehendaki adalah kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.  Selanjutnya, apabila kita tidak memiliki dasar hidup yang benar, apa yang menjadi dasar hidup kita?  Uang, harta, kekayaan, popularitas atau jabatan?  Jika itu yang menjadi dasar hidup kita, suatu saat kita akan kecewa karena semuanya tidak akan bertahan lama, sewaktu-waktu bisa lenyap dan sirna.


Baca:  Galatia 3:1-14

"Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!"  Galatia 3:4

Adakalanya kita tak ubahnya seperti  "...orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."  (Matius 7:26).

     Adapun dasar hidup yang benar bagi orang percaya adalah firman Tuhan.  Jika firman Tuhan yang menjadi dasar hidup kita, kita akan mengalami campur tangan Tuhan yang luar biasa, sebab firmanNya adalah ya dan amin, karena  "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Jadi,  "... seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:"  (Yesaya 14:24), dan  "Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,"  (Yesaya 46:10).  Kita juga dikatakan memiliki cara hidup yang sia-sia apabila kita tidak menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.  Kepada jemaat di Galatia rasul Paulus menegur dengan keras,  "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?"  (Galatia 3:3).  Seseorang dikatakan bodoh bukan karena ia tidak berbuat apa-apa;  mungkin ia melakukan segala sesuatu, namun tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir sehingga apa yang dikerjakan itu pun menjadi tidak berguna.  Inilah yang dilakukan rasul Paulus,  "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  (2 Timotius 4:7), agar  "...supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27).

     Ingin menjadi pribadi yang berdampak bagi orang lain, hidup berkemenangan dan makin berkenan kepada Tuhan?  Mulai dari sekarang tinggalkan cara hidup yang sia-sia.  Tuhan memanggil kita untuk menjadi kepala, bukan ekor  (Ulangan 28:13);  untuk menjadi garam dan terang dunia  (Matius 5:13-16).  Karena itu jangna hanya berfokus pada diri sendiri, tapi berusahalah supaya kehidupan kita menjadi berkat dan berdampak bagi orang lain.  Jadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup dan andalkan Tuhan dalam segala hal, serta kerjakan segala perkara yang dipercayakan kepada kita dengan setia sampai akhir.

Jangan sia-siakan pengorbanan Kristus dengan melakukan hal yang sia-sia lagi!