Hamba Kecil Beriman Besar



Baca:  2 Raja-Raja 5:1-27

"Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."  2 Raja-Raja 5:3






        Naaman adalah salah satu tokoh di dalam Alkitab, namanya tidak asing di telinga orang Kristen.  Ia sangat terkenal, berkuasa, berpengaruh dan dihormati oleh banyak orang.  Sebagai panglima raja Aram bisa dikatakan sebagai tangan kanan raja, karena itu ia sangat dikasihi oleh raja.  Naaman bukan hanya seorang jenderal, tapi juga seorang pahlawan perang yang gagah perkasa.  Kontribusinya bagi negara tak diragukan lagi.

     Meski memiliki posisi tinggi dan terpandang ada satu 'noda' dalam hidup Naaman, yaitu penyakit kusta yang dideritanya.  Siapa pun orangnya dan setinggi apa pun pangkatnya jika terserang penyakit ini pasti dijauhi banyak orang;  apalagi di kalangan orang Ibrani penyakit kusta dianggap najis dan berbahaya karena dapat menular kepada orang lain.  Maka dari itu orang yang menderita sakit ini harus diasingkan dari masyarakat luas.  Tidak seorang pun yang diperbolehkan bersentuhan dengannya.  "Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya."  (Imamat 13:46).

     Di rumah Naaman ada anak perempuan kecil dari Israel yang merupakan tawanan yang dibawa oleh gerombolan orang Aram saat terjadi perang, dan ia dijadikan hamba bagi isteri Naaman.  Melihat tuannya sakit kusta, hamba kecil ini pun memberanikan diri menyampaikan usulannya kepada isteri Naaman,  "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."  (2 Raja-Raja 5:3).  Nabi yang dimaksudkan adalah Elisa.  Sebagai anak Yahudi, ia tahu banyak tentang mujizat-mujizat yang dilakukan Elisa.  Ia pun bersaksi kepada majikan perempuannya tentang kedahsyatan kuasa Allah bangsa Israel yang dinyatakan melalui Elisa.  Hamba kecil ini sangat percaya jika tuannya mau datang kepada abdi Allah itu pasti akan sembuh.  Mungkin orang akan berpikir,  "Masakan seorang tuan yang berpangkat jenderal dan terpandang harus mendengarkan saran seorang budak kecil?"  Memang ini tidak mudah, dibutuhkan kerendahan hati.  Namun yang ada di benak Naaman hanyalah bagaimana ia bisa sembuh dari sakit kustanya.  Maka Naaman tidak perlu merasa gengsi atau jaim ('jaga image').


Baca:  2 Raja-Raja 5:1-27

"Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."  2 Raja-Raja 5:14

Naaman pun tergerak hati dan mengikuti anjuran dari hamba kecil itu, lalu meminta ijin kepada raja Aram untuk pergi kepada nabi Allah itu.  Ia pun pergi dengan membawa banyak persembahan:  "...sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian."  (2 Raja-Raja 5:5b).

     Setelah bertemu Elisa, abdi Allah itu, Naaman berharap beroleh kesembuhan dengan cara terhormat, misalkan melalui penumpangan tangan;  atau mungkin dia berharap kesembuhan itu langsung turun dari sorga.  Namun Naaman kembali dihadapkan pada ujian kerendahan hati, karena ternyata apa yang disampaikan abdi Allah itu di luar dugaannya:  "Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: 'Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.'"  (2 Raja-Raja 5:10).  Naaman diminta mandi di sungai Yordan!  Ini membuatnya tersinggung sehingga ia pun menolak perintah Elisa,  "'Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?' Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati."  (2 Raja-Raja 5:12).  Ada pergumulan hebat dalam diri Naaman, antara ego, keangkuhan dan juga iman.  Namun atas desakan pegawai-pegawainya Naaman pun melakukan apa yang diperintahkan Elisa.  "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu."  Setelah tujuh kali membenamkan diri di sungai itu, mujizat terjadi:  Naaman sembuh, bahkan "...pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."

     Kesaksian seorang budak kecil disertai kerendahan hati dan ketaatan Naaman akhirnya menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak.  Panglima raja Aram itu pun disembuhkan dari penyakit kustanya.  Kuncinya adalah iman yang disertai dengan perbuatan!  Sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).

Iman seorang hamba kecil sanggup membawa dampak besar bagi orang lain!