Melayani Sampai Garis Akhir



Baca:  1 Timotius 4:1-16

"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu."  1 Timotius 4:16a








         Dewasa ini makin banyak anak Tuhan yang turut terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.  Ini adalah berita baik!  Namun menjadi pelayan Tuhan yang benar bukanlah pekerjaan yang mudah.  Ada harga yang harus kita bayar!  Kita tidak bisa melayani Tuhan dengan asal-asalan atau sekedar latah karena ikut-ikutan.  Melayani Tuhan adalah tugas yang sangat mulia, karena itu kita harus melakukannya dengan kesungguhan hati dan komitmen yang tinggi.

     Timotius adalah seorang pemuda yang bertalenta dan memiliki kehidupan rohani yang mumpuni.  Komitmennya dalam melayani Tuhan tak diragukan lagi.  Itulah sebabnya rasul Paulus tak henti-hentinya berdoa untuk Timotius supaya ia tetap memiliki semangat dalam melayani Tuhan.  "...kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu."  (2 Timotius 1:6).  Ada banyak alasan bagi Timotius untuk menjadi lemah dan patah semangat melayani karena banyak tantangan dan ujian menghadang langkahnya dalam mengemban Amanat Agung Tuhan ini.  Apalagi saat itu Paulus selaku pembina rohani Timotius sedang dipenjara oleh karena Injil;  secara manusia mental Timotius pasti terpengaruh dan terganggu!

     Orang berpendapat bahwa orang muda itu masih 'hijau', minim pengalaman, belum banyak mengenyam asam garam kehidupan, sehinga mereka memandang Timotius dengan sebelah mata.  Mereka berpendapat bahwa orang muda belum layak menjadi pemimpin rohani.  Belum lagi permasalahan yang ada dalam jemaat di Efesus yang begitu kompleks.  Ibarat suatu penyakit, maka penyakit jemaat Efesus itu stadium empat atau sudah kronis.  Pada saat itu ada banyak pengajar-pengajar sesat yang menyusup di antara jemaat menebarkan ajarannya yang menyimpang dari kebenaran injil, sehingga jemaat mulai terjebak dengan takhayul dan dongeng-dongeng.  Rasul Paulus menasihati Timotius,  "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12).  Inilah tantangan tersendiri bagi Timotius untuk menunjukkan kualitas hidupnya sebagai pelayan Tuhan muda!


Baca:  Kejadian 3:1-24

"Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."  Kejadian 3:12

Sepenggal ayat nas di atas menggambarkan keadaan manusia saat pertama kali jatuh dalam dosa.  ketika ditanya Tuhan,  "Mengapa hal ini bisa terjadi?",  tindakan pertama yang dilakukan adalah menyalahkan orang lain dan saling melempar tanggung jawab atas ketidaktaatan yang mereka perbuat.  Adam berusaha membela diri dengan menyalahkan Hawa yang telah memberinya buah dari pohon kehidupan itu.  Hawa pun tidak mau jika ia disalahkan sepenuhnya,  "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."  (Kejadian 3:13).  Akhirnya si ular yang merupakan trouble maker pun tak bisa mengelak walau sebenarnya ia hanya sebagai sarana yang dipakai Iblis untuk memperdaya manusia.  Jadi bukanlah hal yang mengejutkan bila banyak orang saling mempersalahkan dan melempar tanggung jawab apabila kedapatan melakukan kesalahan atau pelanggaran.  Contoh nyata adalah para koruptor di negeri ini.  Ketika ada satu orang yang tertangkap, ia pun 'berkicau', tidak mau disalahkan sendirian, dan bila ternyata ada banyak orang turut terlibat mereka akan saling menuding, melempar kesalahan dan ingin 'cuci tangan'.

     Peristiwa serupa sering juga terjadi dalam kehidupan orang percaya.  Adalah tidak mudah bagi seseorang untuk legowo atau berjiwa besar mengakui setiap kesalahan atau pelanggaran yang telah diperbuat.  Kita cenderung menyalahkan rekan pelayanan dan rekan kerja, suami menyalahkan isteri, isteri menyalahkan suami, orangtua menyalahkan anak dan juga sebaliknya.  Siapa yang menuai keuntungan dalam hal ini?  Tak lain dan tak bukan adalah si Iblis.  Iblis akan tertawa lepas karena ia telah berhasil menjalankan misinya:  memecah belah dan menghancurkan kehidupan orang Kristen.  Iblis tidak harus memeras keringat dalam bekerja, namun sudah banyak orang menjadi korbannya.  Padahal Iblis hanya berusaha mencari celah kecil untuk bisa menerobos.

    Mari, berhenti saling menyalahkan!  Biarlah masing-masing senantiasa mengoreksi diri dan dengan rendah hati mengakui kesalahan di hadapan Tuhan supaya Iblis tidak menari-nari di atasnya.

"Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN."  Ratapan 3:41