Menyia-nyiakan Panggilan



Baca:  Kisah Para Rasul 1:15-26

"Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain."  Kisah 1:20






       Jangan pernah bangga dengan status kita sebagai orang kristen bila kehidupan kita tidak berpadanan dengan panggilan Tuhan, sebab keberadaan kita di dunia ini adalah mengerjakan panggilan Tuhan.

     Istilah 'dipanggil' memiliki beberapa pengertian, di antaranya:  dikembalikan pada kedudukan semula atau didekatkan kembali kepada Allah.  "...kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."  (Kolose 1:21).  Kita yang dahulu berada di dalam kegelapan kita masuk ke dalam terangNya yang ajaib  (baca  1 Petrus 2:9).  Selain itu dipanggil berarti pula dikhususkan bagi Tuhan untuk tugas tertentu.  Jadi secara garis besar panggilan Tuhan kepada orang percaya itu meliputi panggilan umum dan panggilan khusus.  Panggilan umum bagi setiap orang percaya adalah menjadi garam dunia dan juga terang dunia  (baca  Matius 5:13-16).  Adapun panggilan khusus yang dimaksud ialah panggilan untuk melayani sesuai dengan karunia yang diberikan kepada kita.

     Jika saat ini kita sedang dipanggil Tuhan untuk tujuan 'khusus', itu berarti berkat tersendiri bagi kita, sebab kesempatan tersebut tidak didapat oleh semua orang, hanya orang-orang tertentu saja!  Ada banyak orang sedang berlomba-lomba dan berjuang sedemikian rupa untuk mendapatkan kepercayaan itu.  Namun di sisi lain justru ada orang-orang tertentu yang sudah dipanggil dan dipilih malah menyia-nyiakan kesempatan yang istimewa itu;  mereka tidak lagi setia dalam menjalankan tugas dan menyalahgunakan jabatan yang dipercayakan kepadanya, padahal Tuhan  "...memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman"  (2 Timotius 1:9).  Ada beberapa contoh orang yang tertulis di dalam Alkitab yang berlaku demikian, menyia-nyiakan panggilan hidupnya, di antaranya adalah Yudas Iskariot dan juga ratu Wasti


Baca:  Efesus 1:15-23

"Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,"  Efesus 1:18

Yudas Iskariot dan juga ratu Wasti sesungguhnya adalah orang-orang yang sangat istimewa dan beroleh panggilan hidup yang luar biasa.  Sayang seribu sayang, mereka kurang menghargai panggilan Tuhan dalam hidupnya sehingga mereka tidak dapat menjalankan tugas dalam panggilannya secara maksimal.

     Yudas Iskariot adalah salah satu dari 12 murid yang dipanggil oleh Yesus sendiri.  "Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan."  (Matius 10:1).  Sebagai orang pilihan Tuhan ia diperlengkapi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan segala penyakit dan juga kelemahan tubuh lainnya.  Modal yang sangat luar biasa!  Sebagai rasul, hari-hari Yudas Iskariot terasa istimewa karena selalu dekat dengan Tuhan.  Ia termasuk murid yang diutus berdua-dua memberitakan Injil Kerajaan Allah.  Ia memulai pelayanannya dengan baik.  Tetapi suatu saat tipu daya kekayaan telah menyilaukan hatinya sehingga ia berani mengkhianati Yesus.  "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya."  (Matius 26:15).  Ia rela menjual Tuhannya hanya dengan 30 keping perak, yang saat itu adalah sama dengan harga seorang budak.  Yudas Iskariot lebih memilih 'mamon' dari pada Tuhan dan tidak lagi mengerjakan panggilan hidupnya.  Akhir kehidupan Yudas Iskariot pun sangat mengenaskan, ia frustasi dan gantung diri.

     Kemudian ratu Wasti.  Sebagai permaisuri, Wasti hidup berkelimpahan, tidak kekurangan apa pun.  Namun ia kurang bisa mensyukuri keadaannya dan lebih memilih mencari kesenangan pribadi.  Ia lupa, bukan karena kecantikannya yang membuatnya dipilih menjadi ratu di kerajaan besar, namun karena kasih karunia Tuhan.  Dengan mudahnya ratu Wasti menolak undangan raja Ahasyweros yang disampaikan sida-sida kepadanya yang membuat raja sangat murka sehingga mahkotanya sebagai ratu dicopot.

Jangan pernah sia-siakan panggilan Tuhan dalam hidupmu!