Mengapa Harus Ada Penderitaan



Baca:  1 Petrus 2:18-25

"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung."  1 Petrus 2:19






       Kita perlu menyadari bahwa dalam kehidupan ini sering kita dihadapkan pada masalah, penderitaan, kesusahan.  Itu adalah bagian dari kehidupan manusia yang tak terelakkan.  Sukacita, dukacita, kesenangan, kesusahan silih berganti datang dan pergi di dalam kehidupan kita.  Yesus juga mengingatkan,  "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."  (Yohanes 16:33b).

     Orang-orang dunia tidak bisa menerima masalah, sebab bagi mereka masalah adalah bencana bagi kehidupannya.  Namun sebagai orang percaya masalah dan penderitaan seharusnya tidak membuat kita putus asa dan kian terpuruk dengan merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, karena hal itu hanya akan melipatgandakan rasa sakit yang kita rasakan, bahkan membuat penderitaan terasa lebih berat untuk ditanggung dari yang seharusnya.  Kita harus selalu memiliki pengertian bahwa setiap masalah yang datang bisa bermakna positif dan mendatangkan kebaikan bagi kita.  Ada penderitaan yang membawa maut, tapi ada juga penderitaan yang memberi faedah atau manfaat.

     Penderitaan karena pelanggaran dan dosa itulah yang membawa maut,  "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah."  (1 Petrus 2:20).  Tetapi penderitaan karena melakukan kehendak Tuhan akan membawa kita kepada kedewasaan rohani.  Jika dalam hidup ini tidak ada masalah atau penderitaan, manusia pasti memilih hidup untuk tidak bergantung kepada Tuhan sepenuhnya:  menjadi sombong dan lebih bergantung pada kekayaan, kepintaran dan kekuatannya sendiri.  Jadi, masalah dan penderitaan yang ada bukan hanya untuk melindungi dan menjauhkan kita dari kecenderungan hidup tidak bergantung kepada Tuhan, tapi juga untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging kita,  "...karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa."  (1 Petrus 4:1), sehingga kita makin mengerti kehendak Tuhan.

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:71


Baca:  Yohanes 9:1-41

"Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia."  Yohanes 9:3

        Bermuara pada apa pun keadaan kita, biarlah kita memiliki pengertian yang berbeda dan memandang semua masalah dan penderitaan yang kita alami dari sudut pandang rohani.

     Ayat nas menegaskan bahwa penderitaan adakalanya diijinkan terjadi supaya pekerjaan-pekerjaan Tuhan dinyatakan seperti yang dialami oleh orang yang buta sejak lahir, yang disembuhkan Tuhan dengan caraNya yang ajaib.  "...Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta,"  (Yohanes 9:6).  Secara manusia orang yang buta sejak lahir tidak mungkin disembuhkan, tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.  Penderitaan yang dialami oleh orang buta itu adalah kesempatan baginya untuk mengalami kuasa dan kebesaran Tuhan.

     Maria dan Marta dalam peristiwa lain sebenarnya punya alasan untuk kecewa dan marah kepada Tuhan, karena ketika kabar tentang adiknya (Lazarus) yang sedang sakit sampai kepada Tuhan, Tuhan justru dengan  "...sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada;"  (Yohanes 11:6), sampai pada akhirnya Lazarus meninggal.  Pasti semua orang akan berkata,  "Nasi sudah menjadi bubur."  Namun dalam setiap perkara tidak ada satu pun yang kebetulan, Tuhan tetaplah Pribadi yang memegang kendali hidup kita.  Manusia seringkali berkata bahwa semuanya sudah terlambat, tapi tidak bagi Tuhan!  Karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11).  Maksud dari semuanya itu adalah supaya kuasa dan kemuliaan Tuhan dinyatakan dengan menyadari bahwa kekuatan manusia itu sangat terbatas, karena itu jangan pernah membatasi kuasa Tuhan yang tak terbatas itu dengan keterbatasan kita.

     Penderitaan adalah juga cara Tuhan untuk menegur dan mengingatkan kita agar karakter kita makin dilebur dan dimurnikan.  Ayub yang sempat pahit hati karena penderitaan akhirnya menyadari dan hatinya pun diubahkan, sehingga ia dapat berkata,  "Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).

Melalui penderitaan, Tuhan hendak memurnikan iman dan ketaatan kita supaya kita bisa menjadi alatNya untuk menyaksikan perbuatanNya yang heran dan ajaib!